Catatan harian yang semakin renta dan tua

Sabtu, 26 November 2016

[Review] Pulang By Tere Liye

Judul Buku: Pulang
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Republika Penerbit
Editor: Triana Rahmawati
Terbit: 2015
Kategori: Novel/Penunjang Kepustakaan Umum
ISBN: 9786020822129
Rating: 4/5

"Aku tahu sekarang lebih banyak luka di hati bapakku dibanding di tubuhnya. Juga mamakku, lebih banyak tangis di hati Mamak dibanding di matanya."

Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, melalui pertarungan demi pertarungan, untuk memluk erat semua kebencian dan rasa sakit.

"Selalu ada hal baru yang bisa direnungi dan dipahami dari novel-novel Tere Liye." - Pulin Sri Lestari, ibu rumah tangga
"Saat ini kita cenderung tidak lagi peduli pada banyak hal, namun novel-novel Tere Liye membantu kita untuk melihat lebih dalam dan peduli." - Tiara, guru/dosen
"Kayak buku pelajaran, tapi seru. Mamah kamu nggak akan ngamuk kalau kamu baca novel-novel Tere Liye." - Khoerun Nisa, siswi SMA
"Membaca novel-novel Tere Liye seperti pulang ke rumah. Berapa jauh pun kaki melangkah, selalu ingin kembali." - Evi, buruh migran Indonesia 
****

Bujang baru berumur lima belas tahun ketika rombongan Tauke Muda, teman Bapaknya berkunjung ke Bukit Barisan, desa tempat Bujag tinggal. Kunjungan itu bertujuan untuk memburu babi-babi hutan yang kerap menjarah hasil pertanina masyarakat Bukit Barisan. Babi-babi itu meresahkan, jumlahnya ratusan. Tauke Besar adalah teman Bapak Bujang saat Bapaknya masih muda dan bekerja di kota dulu, beliau datang bersama anak buahnya dan bersama beberapa warga lainnya mereka hendak bertolak ke hutan. Melihat tubuh tinggi tegap Bujang yang baru berusia lima belas tahun, Tauke Muda mengajak Bujang turut serta. Mamak yang begitu penyayang tidak mengizinkan, tapi karena paksaaan Bapak dan Bujang juga memang ingin ikut, akhirnya Mamak merelakan denga pesan agar Bujang tidak boleh ikut berburu babi. Ia hanya boleh menonton.

Sesampainya di hutan, mereka langsung membagi kelompok untuk mencari babi-babi tersebut. Dan ternyata sangatlah mudah, babi-babi itu tunduk di bawah senjata Tauke Muda dan tombak para anggota pemburu. Bujang hanya menonton adegan berburu itu karena teringat pesan Mamak. Namun tak disangka, keadaan berbalik. Kemunculan babi-babi sebesar sapi membuat para pemburu kelimpungan bahkan ada yang sampai tewas. Bujang yang tidak tahan akhirnya ikut serta dalam pertempuran.

Mereka menang! Bujang menang atas babi yang bahkan lebih besar dari tubuhnya. Tauke Muda amatlah bangga, Bapak juga. Namun Mamak tidak. Mamak menangis melihat Bujang terluka di begitu banyak bagian tubuhnya, dan lebih menangis lagi saat Tauke Muda meminta Bujang untuk ikut dengannya. Bujang sudah lima belas tahun dan tidak pernah kenal bangku sekolah, Tauke Muda akan berikan itu dan juga akan melatih Bujang supaya bisa sekuat Bapaknya dulu ketika masih muda. Mamak tidak rela. Bujang adalah putra satu-satunya, namun lagi-lagi karena Bapak yang memaksa dan Bujang yang memang ingin ikut Tauke Muda, Mamak pun kembali merelakannya.

****

Kalau ditanya karya siapa yang ingin saya baca semuanya, jawabannya mungkin akan jatuh ke nama Tere Liye. Sudah sejak lama saya mengagumi penulis yang serba bisa ini. Berbagai genre dan variasi tema cerita yang beragam membuat saya tidak pernah bosan membaca novel-novelnya. Begitu pula dengan novel Pulang ini. Sebagaimana yang kita tahu, kata pulang selalu memiliki makna yang mendalam dan sudah sejak membaca judulnya saya penasaran buku ini akan menggiring saya ke cerita kepulangan yang seperti apa.

Kehidupan para bandit atau dalam istilahnya shadow economy adalah tema yang diangkat dalam buku ini lewat kehidupan tokoh-tokohnya terutama Bujang. Bujang adalah Bintang novel ini. Tere Liye kembali menghadirkan karakter yang kuat dan penuh semangat, serta berkemauan keras dari tokoh Bujang. Kalau saya perhatikan, tokoh-tokoh dalam novel Tere Liye memang selalu tampil sebagai sosok manusia yang tak mudah menyerah bahkan dalam hal amarah.

Diisi petualangan dan adegan action membuat ceritanya selalu bikin deg-degan. Alur maju mundur yang ada juga sangat menarik. Karena penempaan tokoh utama sudah terjadi sejak ia masih berusia lma belas tahun. Konflik keluarga dan konflik kekuasaan serta ambisi adalah emosi yang banyak mengisi beberapa cerita penting dalam buku ini. Beberapa hal juga melibatkan harga diri dan dendam tak berkesudahan. Hal-hal kecil yang banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari.

Meski beberapa adegan mengingatkan saya pada film mafia HongKong, buku ini memiliki warna tersendiri dan sangat asyik untuk diikuti. Banyak pesan moral yang bertebaran di dalam dan yang paling ditekan adalah patuh pada perintah dan pesan orangtua sebagai yang diserahkan amanah terhadap kita, keluarga, cita-cita, persahabatan, pentingnya belajar dan meuntut ilmu, kesetiaan dan pengorbanan. Novelnya quoteable sekali. Yang menjadi pertanyaan adalah tentang keberadaan para pelaku shadow economy, latar belakang para tokoh yang diangkat dalam buku ini. Apakah keberadaan mereka benar-benar ada atau tidak? Saya tidak begitu mendalami isu-isu tabu dalam dunia ekonomi apalagi yang kelasnya dunia  mafia dan Yakuza. Pertanyaan ini semaki kuat dengan adanya percakapan antara sang tokoh dengan cameo yang disebut sebagai Calon Presiden Nomor 2. Beberapa waktu lalu Indonesia memang mengadakan PEMILU dengan Calon Presiden Nomor 1 yang merupakan mantan anggota militer, sebagaimana yang disebut dalam buku ini.

Selain itu tentang peristiwa Mei puluhan tahun silam. Penjelasan pada bagian ini seolah menunjukkan bahwa dalam gerakan Reformasi ada oknum tertentu yang memang sudah mengatur agar peristiwa itu meletus di kemudian hari. Pada titik ini, saya berusaha menarik batas antara fiksi dan fakta namun pada akhirnya saya justru kembali bertanya-tanya. Kemudian penjelasan tentang shadow economy saya rasa porsinya kurang banyak. Memang untuk bisa menjelaskan sesutu hingga ke akar-akarnya, minimal kita sudah harus mengalaminya lebih dulu, tapi saya rasa akan lebih menarik lagi jika hal-hal terkait ilmu pengetahuan dibuat sedikit lebih rinci.

Secara keseluruhan novelnya seru. Akan ada banyak pemahaman baru yang kita dapatkan setelah membacanya. Saya punya beberapa kutipan favorit di antaranya
"Mamak mengizinkanmu pergi. Tapi berjanjilah, kau hanya menonton di hutan sana, Nak. Kau tidak akan melakukan apa pun. Hanya menonton yang lain berburu."
Kutipan ini bagi saya adalah refleksi diri perempuan sebagai makhluk pencemas di antara semua makhluk yang ada di muka bumi.

"Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetiaan-kesetiaan terbaik lainnya."
"Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha megalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu. Kita cukup mengalahkan diri sendiri. Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaan. Keraguan. Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja."
"Bersabarlah, maka gunung-gunung akan luruh dengan sendirinya, lautan akan kering. Biarkan waktu menghabisi semuanya."

2 komentar: