Bara bingung kemana Bimo mengajaknya
malam ini. Bukan karena ia tahu bahwa rute yang sedang mereka lewati saat ini
adalah rute ke arah arena balap liar, tapi kenapa Bimo mengajaknya ke tempat
itu padahal laki-laki itu tahu bahwa ia sama sekali sudah tidak mau kembali ke
dunia balap. Ia memang mantan pembalap liar. Saat masih SMA dulu, ia merupakan bagian
dari anggota geng salah satu balap liar di Jakarta. Tapi Bimo? Laki-laki itu sama
sekali tidak suka dengan balap liar. Jadi untuk apa ia mengajaknya kesini? Apa
sekarang Bimo sudah beralih profesi dan ganti hobi jadi pembalap liar dibanding
jadi pemain futsal? Tapi bagaimana bisa? Apa sebegitu frustasinya ia karena
tidak bisa mendapatkan gadis pujaannya yang entah siapa namanya itu
sampai-sampai ia punya ‘tempat persembunyian’ (baca: apartemen pribadi) dan
‘tempat pelarian’ yakni arena balap?
Ditatapnya
dengan pandangan aneh Bimo yang kini sedang mengambil alih kemudi di samping
kanannya. Berharap dengan itu sahabatnya ini akan buka mulut. Akan tetapi, yang
keluar dari mulut laki-laki itu adalah:
“Lo
homo, ya?!” Tebaknya.
“Sialan
lo!” Maki Bara pelan. Bimo hanya terkekeh geli.
“Nanti
lo juga tahu kita mau kemana.” Ucap Bimo santai sambil tetap fokus pada jalanan
di depannya. Ini sudah lewat tengah malam, jadi jalanan sudah agak lengang.
Membuatnya dengan leluasa menjalankan kendaraan beroda empat itu dengan
kecepatan tinggi.
“Gue
tahu kita mau kemana, kuya. Yang gue
nggak tahu, ngapain lo ngajak gue kesana? Lo lagi nggak minta gue buat nonton
lo, kan?” Tanyanya. Bimo hanya tersenyum tipis.
“Gue
masih berniat buat ngalahin Christiano Ronaldo kok. Tenang aja.” Joke-nya garing. Bara mendengus. Lagian
sejak kapan Christiano Ronaldo berubah jadi pemain bola dengan lapangan mini?
Dasar Bimo nggak jelas!
****
Akhirnya
mereka tiba juga di pusat arena balap. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul
satu pagi lebih empat puluh lima menit. Dalam hati Bara mengutuk dirinya
sendiri. Ia tahu sudah seharusnya ia istirahat dikarenakan besok pagi ia ada meeting penting dengan salah satu
kilennya dari Amerika. Tapi ia malah terjebak di tempat ini bersama laki-laki
ini. Ia bersumpah, kalau sampai ia besok terlambat dan perusahaan mereka tidak
dapat memenangkan tender, sudah
dipastikan Bimo akan segera ia ‘pecat’ sebagai salah satu anggota sahabatnya.
“Bim
lo ngapain sih ngajak gue kesini?” Tanyanya begitu mereka sampai. Tampak disana
race pertama baru saja selesai.
Seorang laki-laki dengan motor besar berwarna putihnya baru saja membuka
helmnya dan disambut dengan riuh beberapa orang temannya, juga beberapa gadis
berpenampilan seksi yang datang sambil memuji-mujinya mencari perhatian. Tapi
ia sama sekali terlihat tidak tertarik dengan gadis-gadis berpakaian ‘kurang
bahan’ itu.
Sementara itu, peserta balap lain
yang kalah terlihat turun dari kendaraan mereka dengan wajah kesal. Tampaknya
kecewa karena tidak bisa mengalahkan laki-laki dengan motor berbadan besar itu.
“Lo
liat cowok yang di motor putih itu?” Tanya Bimo sambil menunjuk si pemenang
dengan dagunya.
Bara
menoleh dan melihat siapa yang dimaksud Bimo. Keren. Satu kata itu yang
tercetak dalam pikirannya tapi segera diabaikannya. Tampaknya ia pernah lihat.
Tapi ya sudahlah.
“Kenapa
emang?” Tanyanya heran. Ni anak lagi nggak bener-bener ngira kalo gue homo kan
sampe nunjuk-nunjukin cowok segala?!
“Itu
jawaban atas pertanyaan lo tadi.” Jawab Bimo nggak jelas dan nggak bisa
dimengerti. Pertanyaan? Pertanyaan yang mana coba? “Pertanyaan kenapa lo ngajak
gue kesini?” Bara akhirnya menyuarakan keheranannya. Bimo mengangguk singkat.
Bara mengernyit bingung. “Lo lagi nggak ngira kalo gue bener-bener homo kan?” Tanya
Bara lagi.
Bimo yang mendengar pertanyaan gokil
Bara itu kontan tertawa. Ni anak ternyata masih polos. “Kalo lo ngira begitu,
ya gitu aja.” Ledeknya.
“Eh
sialan lo! Gue nanya serius, Nyet!” Maki Bara pelan.
“Bina…”
Ungkap Bimo. Bina? Kenapa Bina? Bina lagi nggak ada disini kan jam segini?
Dengan cepat Bara celingak-celinguk kiri
kanan mencari sosok Bina yang tadi disebutkan Bimo.
“Dia
Bian-nya Bina!” Jelas Bimo. Penjelasan singkat yang tidak bertele-tele namun
sudah cukup membuat Bara paham. Jadi maksudnya bisa jadi Bina tahu kalau
pacarnya adalah salah satu pembalap liar? Trus? Emang selama ini Bina nggak
tahu, gitu?
“Maksud
lo?” Tanya Bara lagi. “Gue ngerti maksud lo dengan Bian-nya Bina. Gue udah
paham dengan maksud lo tentang jawaban pertanyaan gue. Tapi? Kenapa dia bisa
kecewa? Emang selama ini dia nggak tahu? Lo bilang mereka udah jadian selama
empat tahun.” Bara memberondong Bimo dengan empat pertanyaan berturut-turut.
Terserah orang bilang dia kepo atau
apa. Yang pasti ia sangat ingin tahu. Ia penasaran.
“Ini
belum pernah terungkap sekalipun. Baik di depan Bina, maupun di depan Bianca.”
****
Meeting hari
ini benar-benar kacau. Oke ia memang sedikit berterima kasih pada Nindy karena
telah membantunya memenangkan tender. Tapi
harus ia akui, ia sedikit kecewa pada dirinya sendiri karena dengan bodohnya
harus kehilangan konsentrasi di saat yang penting dan membuat Nindy
berkesempatan untuk meminta ‘imbalan’ darinya.
Begini
ceritanya: Tadi malam sepulang dari arena balap bersama Bimo ia sama sekali tidak
bisa menemukan kantuknya. Kantuknya melarikan diri entah kemana jadi singkatnya
ia sama sekali tidak tidur. Sementara itu, pagi ini ia ada meeting dengan kliennya dari Amerika. Ketika ia hendak masuk ke
mobil untuk menemui klien penting tersebut yang memang membuat janji di salah
satu restora, tiba-tiba Nindy muncul dan dengan paksa minta ikut dengannya
padahal perempuan itu setahunya punya banyak pekerjaan. Nindy adalah
satu-satunya pewaris suatu perusahaan swasta di Jakarta. Memang bukan
perusahaan besar, tapi tetap saja ia adalah calon pemimpin disana. Demi
mengingat status tersebut, akhirnya ia bekerja di perusahaan untuk membantu
pekerjaan Ayahnya yang masih memimpin perusahaan. Tapi karena kemanjaannya, ia
sering sekali bolos dan alasannya hanya untuk menemui Bara.
Akhirnya dengan sangat terpaksa
karena tidak mau terlambat, Bara mengizinkannya ikut dan memperkenalkannya
sebagai sekertarisnya. Sekertaris pribadi Bara memang tidak bisa menemani
karena sedang sakit. Di tengah-tengah meeting
entah kenapa pikiran Bara tiba-tiba dikacaukan oleh hal-hal mengenai Bian
dan Bina yang akhirnya membuyarkan konsentrasinya dan membuat Nindy secara 80%
mengambil alih meeting tersebut dan
men-deal-kannya. Actually, big applause for her karena ternyata apa yang ia pelajari
di Amerika dulu masih tersimpan di dalam otaknya. Bara akui Nindy memang cukup
cerdas. Tapi ya itulah. Karena ‘jasanya yang sangat berharga’ itu Nindy
akhirnya meminta imbalan yang sama sekali tidak menguntungkan bagi Bara.
Pokoknya, kalau cerita ini dimasukkan ke dalam majalah, maka mungkin judul
artikel yang cocok adalah “KARENA KEBODOHAN DAN KECEROBOHANNYA, FAY BARA PUTRA
HARUS BERAKHIR DENGAN MENEMANI SEORANG WANITA BERBELANJA DAN DUDUK DI SALON
SELAMA BERJAM-JAM”. Benar-benar judul yang tidak keren mengingat ada kata bodoh
dan ceroboh disana.
****
Cerita
Bian Bina terungkap. Hubungan yang sudah dijalin selama empat tahun itu, yang
jauh dari kata bertengkat dan terasing dari kata putus itu akhirnya terungkap.
Memang, jika dilihat sekilas hubungan mereka memang baik-baik saja, mulus-mulus
saja dan sama sekali tidak ada hambatannya. Tapi ternyata salah. Ada satu hal
yang selama ini ditutup-tutupi. Satu hal yang ditutup-tutupi oleh satu pihak.
Satu hal yang tidak diketahui oleh pihak lain. Satu hal yang pasti membawa
kecewa. Satu hal yang pasti membawa kehancuran bagi keduanya. Rahasia kelam!
Topeng! Dua hal yang berbeda namun terangkum menjadi satu kesatuan: KEBOHOGAN!!
Dan ironisnya, kebohongan menyakitkan itu sudah tersembunyi selama kurang lebih
empat tahun ini. Empat tahun yang tanpa jeda, mengingat Bian dan Bina tidak
pernah putus sekalipun atau break.
Selain itu, cerita ‘tempat
persembunyian’ Bimo pun akhrirya terungkap. Siapa gadis pujannya itu? Siapa
Bianca itu? Benar-bener memusingkan.
Bimo
yang mencintai Bianca. Bianca yang mencintai Bian. Bian yang mencintai Bina
begitu pula sebaliknya, Bina yang mencintai Bian. Bian yang membohongi
keduanya: Bina dan Bianca, serta Bimo yang menutupi kebohongan itu. Haruskah
Bara ikut di dalamnya? Haruskah Bara terlibat? Haruskah kalimat Bara yang
akhirnya menguak segalanya ditambahkan?
Taipanbiru
BalasHapusTAIPANBIRU . COM | QQTAIPAN .NET | ASIATAIPAN . COM |
-KARTU BOLEH BANDING, SERVICE JANGAN TANDING !-
Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID terbaik nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
Dengan minimal Deposit hanya Rp 20.000,-
1 user ID sudah bisa bermain 8 Permainan.
• BandarQ
• AduQ
• Capsasusun
• Domino99
• Poker
• BandarPoker
• Sakong
• Bandar66
Kami juga akan memudahkan anda untuk pembuatan ID dengan registrasi secara gratis.
Untuk proses DEPO & WITHDRAW langsung ditangani oleh
customer service kami yang profesional dan ramah.
NO SYSTEM ROBOT!!! 100 % PLAYER Vs PLAYER
Anda Juga Dapat Memainkannya Via Android / IPhone / IPad
Untuk info lebih jelas silahkan hubungi CS kami-Online 24jam !!
• WA: +62 813 8217 0873
• BB : E314EED5
Daftar taipanqq
Taipanqq
taipanqq.com
Agen BandarQ
Kartu Online
Taipan1945
Judi Online
AgenSakong