NUGRAH POV
Akhirnya sosok yang aku tunggu sejak
lima belas menit yang lalu tiba juga. Dengan langkah santai ia menghampiriku
yang sudah menunggunya di depan Thetaer I Studio 21. Aku sudah memegang dua
tiket nonton untuk film “The Hunger Game: Catch Fire”.
“Maaf
ya lama.” Ucapnya begitu sampai di depanku. Aku mengangguk mengiayakan.
“Aku
udah beli duluan nih tiketnya. Kita nonton ini aja nggak papa kan?” Tanyaku
sambil memperlihatkan tiket nonton itu padanya. Ia mengangguk dan tersenyum.
“Mau beli popcorn sama minum dulu?”
Tanyaku lagi. Ia juga mengangguk mengiayakan. Aku jadi berpikir, sepertinya
komunikasi kami berdua hanya berkisar antara pertanyaan dan anggukan kepala.
Entah kapan gelengan akan ikut di dalamnya.
Setelah
membeli popcorn dan cola, akhirnya kami memasuki theater dan
mencari kursi sesuai nomor yang tertera pada tiket.
****
ANYA POV
Kami
baru saja selesai menonton film. Sambil bergandengan tangan, aku dan Nugrah
keluar dari studio. Hmmm… ralat. Kami bukan bergandengan. Yang tepat adalah
Nugrah yang berinisiatif menggandeng tanganku terlebih dahulu yang memang
sengaja tak ku tolak. Jangan berpikir macam-macam! Aku bukannya senang
digandeng walaupun sebenarnya aku suka diperlakukan seperti ini. Eh?
Ah!
Aku jadi ingat kejadian di dalam bioskop tadi.
Flashback*
Dengan rasa kantuk yang meberontak, Anya
menguap pelan sambil berusaha berkonsentrasi pada film yang sedang diputar di
depan matanya. Ia tidak ingin membuat Nugrah tersinggung karena tidak
menghargai inisiatifnya mengajaknya nonton dan makan malam dengan ketiduran di
dalam bioskop. Saat film sedang diputar pula! Apalagi mengingat ini adalah film
science fiction story dengan banyak adegan action di dalamnya. Membuat bioskop
terkadang menjadi berisik karena tawa maupun jerit tegang tertahan para
penonton.
Namun ternyata dugaannya salah. Dengan
setengah terkejut, ia menoleh pada Nugrah yang tiba-tiba berbisik di telinga
kanannya. Wajahnya terasa sangat dekat di wajah Anya.
“Ngantuk?” Bisiknya pelan. Ada nada
pengertian di dalamnya.
Dengan tidak enak Anya mengangguk dan
mengucapkan “maaf” secara pelan juga. Tak disangka-sangkanya, kepalanya
tiba-tiba ditarik secara pelan oleh Nugrah ke arahnya dan menyandarkannya ke
bahunya. Setelah melakukan itu, tanpa berkata apa-apa laki-laki itu kembali
fokus ke film di depannya sambil sesekali mencomot popocorn yang tadi mereka
beli. Tak disadarinya, perlakuannya tadi telah membuat Anya hampir terkena
serangan jantung tiba-tiba. Hatinya jumpalitan tidak karuan.
Flashback*
“Nya
kita makan disini aja nggak papa kan?” Pertanyaan Nugrah membuyarkan lamunanku
Ternyata saat ini kami sudah berada di depan salah satu café. Yah… kami memang
janjian makan malam untuk membicarakan bagaimana caranya memperkenalkan diriku
kepada Mama Nugrah. Dengan perlahan aku mengangguk dan tersenyum ketika suara
yang begitu ku kenal tiba-tiba menjeritkan namaku.
“ANYA!!!!”
Itu Vira! Oh Tuhan…. Bagaimana ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar