Catatan harian yang semakin renta dan tua

Minggu, 16 Februari 2014

It's Destiny #12



NUGRAH POV

            Akhirnya sosok yang aku tunggu sejak lima belas menit yang lalu tiba juga. Dengan langkah santai ia menghampiriku yang sudah menunggunya di depan Thetaer I Studio 21. Aku sudah memegang dua tiket nonton untuk film “The Hunger Game: Catch Fire”. 

“Maaf ya lama.” Ucapnya begitu sampai di depanku. Aku mengangguk mengiayakan.

“Aku udah beli duluan nih tiketnya. Kita nonton ini aja nggak papa kan?” Tanyaku sambil memperlihatkan tiket nonton itu padanya. Ia mengangguk dan tersenyum. “Mau beli popcorn sama minum dulu?” Tanyaku lagi. Ia juga mengangguk mengiayakan. Aku jadi berpikir, sepertinya komunikasi kami berdua hanya berkisar antara pertanyaan dan anggukan kepala. Entah kapan gelengan akan ikut di dalamnya.

Setelah membeli popcorn dan cola, akhirnya kami memasuki theater dan mencari kursi sesuai nomor yang tertera pada tiket.

****
ANYA POV

Kami baru saja selesai menonton film. Sambil bergandengan tangan, aku dan Nugrah keluar dari studio. Hmmm… ralat. Kami bukan bergandengan. Yang tepat adalah Nugrah yang berinisiatif menggandeng tanganku terlebih dahulu yang memang sengaja tak ku tolak. Jangan berpikir macam-macam! Aku bukannya senang digandeng walaupun sebenarnya aku suka diperlakukan seperti ini. Eh? 

Ah! Aku jadi ingat kejadian di dalam bioskop tadi.

Flashback*

Dengan rasa kantuk yang meberontak, Anya menguap pelan sambil berusaha berkonsentrasi pada film yang sedang diputar di depan matanya. Ia tidak ingin membuat Nugrah tersinggung karena tidak menghargai inisiatifnya mengajaknya nonton dan makan malam dengan ketiduran di dalam bioskop. Saat film sedang diputar pula! Apalagi mengingat ini adalah film science fiction story dengan banyak adegan action di dalamnya. Membuat bioskop terkadang menjadi berisik karena tawa maupun jerit tegang tertahan para penonton.

Namun ternyata dugaannya salah. Dengan setengah terkejut, ia menoleh pada Nugrah yang tiba-tiba berbisik di telinga kanannya. Wajahnya terasa sangat dekat di wajah Anya.

“Ngantuk?” Bisiknya pelan. Ada nada pengertian di dalamnya.

Dengan tidak enak Anya mengangguk dan mengucapkan “maaf” secara pelan juga. Tak disangka-sangkanya, kepalanya tiba-tiba ditarik secara pelan oleh Nugrah ke arahnya dan menyandarkannya ke bahunya. Setelah melakukan itu, tanpa berkata apa-apa laki-laki itu kembali fokus ke film di depannya sambil sesekali mencomot popocorn yang tadi mereka beli. Tak disadarinya, perlakuannya tadi telah membuat Anya hampir terkena serangan jantung tiba-tiba. Hatinya jumpalitan tidak karuan.

Flashback*

“Nya kita makan disini aja nggak papa kan?” Pertanyaan Nugrah membuyarkan lamunanku Ternyata saat ini kami sudah berada di depan salah satu café. Yah… kami memang janjian makan malam untuk membicarakan bagaimana caranya memperkenalkan diriku kepada Mama Nugrah. Dengan perlahan aku mengangguk dan tersenyum ketika suara yang begitu ku kenal tiba-tiba menjeritkan namaku.

“ANYA!!!!” Itu Vira! Oh Tuhan…. Bagaimana ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar