AUTHOR POV
Kacau!
Berantakan! Rusak! Itulah kata yang tepat untuk menjelaskan ‘kencan’ pertama
Anya dan Nugrah di malam minggu ini. Anya yang awalnya membohongi Vira bahwa ia
sedang punya banyak pekerjaan saat menolak ajakan nongkrong sahabatnya itu tidak menyangka bahwa kebohongannya akan
ketahuan dalam waktu kurang dari 24 jam.
Lebih
daripada itu. Hubungannya bersama Nugrah terbongkar dengan sangat tidak
mengenakkan di depan orang-orang yang ia sama sekali tidak ingin mereka
mengeahuinya. Okelah Riska dan Vira memang sudah tahu perihal ‘permintaan
tolong’ Nugrah padanya karena ia memang telah menceritakan segalanya pada
mereka tempo hari. Bahkan mereka adalah orang yang dimintainya solusi dan
pendapat. Tapi Wika? Ia sama sekali tidak berharap laki-laki sosok cinta
pertamanya itu tahu. Apalagi Chani? Ia yakin Chani pasti tidak akan setuju
dengan perjanjiannya dengan Nugrah ini. Ia psati akan marah besar dan Nugrah
bisa saja mendapat masalah mengingat bagaimana protektifnya Chani menjaganya
selama ini. Dan Nugrah juga belum tentu ingin orang lain tahu permintaan
tolongnya dan bantuan yang Anya berikan. Sementara Dirga? Oke. Dirga memang
tidak ada kaitannya karena Anya sendiri tidak begitu akrab dengannya. Tapi
bukankah semakin sedikit orang lain yang tahu semakin baik? Lalu Fikram. Ia
memang hanya orang baru yang bahkan baru kali ini Anya melihatnya. Tapi
sepertinya alasan yang sama dengan alasan yang berlaku bagi Dirga juga harus
dikibarkan di depannya.
Sepanjang
acara makan malam itu, Anya tidak banyak bicara. Chandra juga. Ia hanya diam
dan sesekali menanggapi omongan teman-temannya yang dianggapnya perlu. Ia sama
sekali tidak memandang Anya. Sedangkan Wika, laki-laki itu tetap terlihat biasa
saja dengan tetap bercanda dan bertukar cerita bersama teman-temannya yang lain
juga Nugrah yang ternyata langsung bisa akrab dengan mereka, tapi pandangan
Wika tidak pernah terlepas dari Chandra dan Anya juga Nugrah. Ia membandingkan
Nugrah dan Chandra. Siapa yang lebih tampan dan siapa yang terlihat lebih
pantas bersanding dengan Anya yang sayangnya tidak menemukan pemenangnya
dikarenakan Nugrah dan Chandra yang terlihat berbeda dan memiliki karakter mereka
masing-masing. Chandra dengan kepribadian tenang, berpendidikan dan dewasa
serta Nugrah yang terkesan cool, cerdas
dan memiliki kharismanya sendiri. Di samping penampilannya yang seperti Wika
bilang, keren dengan produk bermerek terkenal yang menempel di tubuhnya. Dalam
hati Wika memuji Nugrah, laki-laki yang baru dikenalnya malam ini sebagai pacar
resmi Anya. Ia benar-benar sosok idola. Sepertinya ia bukan orang sembarangan
dan sudah bisa dipastikan anak orang kaya dengan segudang harta dan wanita yang
mengantri untuk bisa menjadi kekasihnya. Tampilan Anya sebenarnya sangat tidak
cocok dengan Nugrah. Tidak ada cocok-cocoknya malah. Nugrah terlihat lebih
cocok bersama Vira dengan tampilan modisnya.
Tapi
kok kayaknya gue pernah liat Nugrah ya??
****
Dengan
canggung Anya melambaikan tangannya pada Nugrah yang baru saja mengantarnya
sampai di depan pintu rumahnya. Sialnya… Mama dan Papanya entah kenapa juga
tepat berada di teras rumah. Entah apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya
mereka juga sedang bersantai di malam minggu. Tio juga ada disana. Ia terlihat
sedang memainkan PSP-nya. Tadi Nugrah sempat beniat untuk pamit terlebih dahulu
pada orang tuanya tapi Anya melarangnya dengan alasan ini sudah malam jadi
Nugrah sebaiknya pulang. Nugrah hanya menurut dan pulang bersama motor
besarnya.
Anya
yang baru saja hendak masuk ke dalam rumah terhenti oleh pertanyaan Mamanya.
“Dianter
siapa sayang? Kamu udah punya pacar, ya? Tadi itu pacar kamu? Kalian abis malem
mingguan? Kok nggak diajak mampir dulu sih?” Tanya Mama heboh seperti baru
dapat rezeki nomplok.
“Mama nggak usah heboh deh, Ma.” Gerutu Anya. Ia jadi kesal ditanya bertubi-tubi seperti itu. Ia bahkan belum tahu apa yang akan dikatakan Chani dan Wika padanya nanti mendapati kenyataan bahwa ia sudah punya pacar.
“Mama
kamu hanya bertanya Anya. Lagipula Papa juga mau kenal.” Sela Papa sambil
menatap Anya.
Dengan
pasrah Anya menjawab. “Tadi itu namanya Nugrah. Iya Anya udah punya pacar. Iya
juga dia itu pacarnya Anya. Kita abis nonton sama makan di café bareng
temen-temen. Ada Chani sama Wika juga kok. Tuh mereka baru abis markir mobil.
Tadinya dia mau mampir, pamit pulang sama Mama Papa tapi Anya suruh pulang aja
langsung soalnya udah malem.” Semua pertanyaan Mama ia jawab secara berurutan.
Sudahlah. Mengaku saja. Walaupun sebenarnya Nugrah dan dirinya tidak cocok
dibilang sebagai orang yang berpacaran tapi sebaiknya ia mengiyakan. Lagipula
Nugrah juga akan memperkenalkannya pada Mamanya jadi tidak ada salahnya jika
orang tuanya juga tahu. Setidaknya untuk menenangkan mereka yang memang sudah
sering menanyakan keberadaan pacar Anya yang sebenarnya tidak ada itu. Jangan
sampai mereka mengira bahwa Anya tidak laku. Ia tidak mau orang tuanya
beranggapan seperti itu.
“Gue
kira lo bakal jadi perawan tua Kak karena nggak ada yang mau sama lo.” Ledek
Tio yang sejak tadi konsentrasi dengan game
di depannya tapi telinganya masih bisa menangkap dengan jelas pembicaraan
mereka. Dengan geram digertaknya Tio dengan tinju yang sialnya sama sekali
tidak dihiraukan oleh bocah menyebalkan itu.
“Kapan-kapan
kenalin ya Nya, sama Mama sama Papa.” Pinta Mama sambil menatap Anya dengan
pandangan superrrrrrrrrr girang. Terlalu senang karena Anya akhirnya punya
pacar juga. Bahkan ledekan kurang ajar Tio tak beliau hiraukan. Papa juga sama.
“Nanti
kapan-kapan kalo dia mampir.”
“Yah
jangan nanti dia mampir. Kapan-kapan kamu ajak aja dia kesini.” Tawar Mama.
Yang bener aja. Trus dia mesti bilang apa sama Nugrah pas ngajakin dia kesini.
Mau dikenalin ke orang tua, gitu? Buat apa coba?
Setelah mengiyakan semua permintaan
mamanya terkait Nugrah, mulai dari mengajak laki-laki itu sekedar mampir,
dikenalkan bahkan sampai ke makan malam akhirnya Anya beranjak ke kamarnya yang
ada di lantai dua. Sambil menghela napas berat, gadis itu menghempaskan
tubuhnya ke ranjang dan menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Lampu kamar
memang sengaja tak ia nyalakan. Ia masih pusing. Ia sangat merasa tidak enak
terhadap Chandra. Takutnya Chandra malah berpikir hal yang tidak-tidak terhadap
dirinya. Ia khawatir Chandra berpikir bahwa ada yang sedang ia sembunyikan dan
tidak beritahu pada laki-laki itu. Walaupun sebenarnya iya, tetap saja sejak
dulu apa saja hal yang berhubungan dengan dirinya selalu ia ceritakan pada
laki-laki itu. Chandra adalah orang pertama yang menjabat gelar sebagai
sahabatnya sebelum Vira. Bukannya ia membedakan mereka, tapi Chandra adalah
sahabat masa kecilnya, orang yang selama ini selalu menjaganya dan tidak pernah
meninggalkannya. Wika juga. Tidak perlu dipertanyakan lagi bagaiman keponya playboy menyebalkan itu. Ia
pasti bakal nanya nanya.
Ketika
hendak beranjak untuk mengganti pakaian dengan piyama tidurnya, ponselnya yang
sejak tadi belum ia keluarkan sama sekali dari tasnya bordering. Ada pesan
masuk
From: Nugie
Lg apa? Km udh tdr?
Nugie.
Panggilan singkatnya untuk Nugrah. Hanya ia yang tahu. Nugrah sama sekali tidak
tahu dengan panggilan yang Anya berikan untuk dirinya itu. Anya merasa sulit
mengucap Nugrah. Akhirnya ia memutuskan untuk membuatnya lebih mudah dengan
menggantinya menjadi Nugie saja. Dengan cepat dibalasnya pesan tidak penting
tersebut.
From: Anya
Ini baru mau tdr. Km udah smp rmh?
Nugrah
yang membaca balasan Anya itu tanpa sadar tersenyum. Entah apa alasannya. Ia
tiba-tiba merasa begitu senang membaca pesan yang sebenarnya juga tidak begitu
penting itu. Biasanya ia akan mengacuhkannya. Tapi kali ini berbeda. Ia malah
semakin ingin membalas pesan itu dan mengobrol panjang lebar. Tadinya ia ingin
menelepon, tapi urung dilakukannya. Ia baru saja mengantar Anya pulang. Sampai
di depan rumahnya bahkan. Untuk pertama kali! Jadi akan sangat aneh jika ia
sudah menelepon dan menanyakan hal-hal yang tidak penting sama sekali seperti
ini. Tapi karena keinginannya sudah tidak bisa ditahan, akhirnya ia memutuskan
untuk mengirim SMS. Apakah ia…rindu?
From: Nugie
Iya. Eh tp tadi aku liat kyk ada org d
teras dpn.
Itu Papa sama Mama?
Kening
Anya berkerut memandang pesan balasan dari Nugrah itu. Papa sama Mama? Tidak
bisakah Nugrah menambahkan kata ‘kamu’ di baris kalimat terakhirnya? Pesannya
seolah menunjukkan bahwa Papa dan Mamanya Anya adalah Papa dan Mamanya juga.
From: Anya
Iya. It td Papa sm Mama. Td Mama nanyain
km tp aku blg nnti kpn2 aj km mampir.
Benarkah?
Jadi dirinya bisa mampir lagi kapan-kapan dan berkenalan dengan orang tua Anya?
WOW! It’s news. Eh tapi kok gue jadi
girang banget gini ya? Ah masa bodohlah!
To: Anya
Oh ya? Jd kpn aku bs mampir lg?
Emg Papa Mama udah tahu ya kl kt pcrn?
Balasnya
cepat. Tapi sampai tiga puluh menit kemudian, pesan itu tidak terbalas. Nugrah
mendesah kecewa. Padahal ia masih ingin mengobrol banyak. Walaupun itu hal yang
tidak penting pun yang penting ia dan Anya mengobrol. Dengan sedikit kesal
diletakkannya ponselnya di atas nakas di samping tempat tidurnya.
Di
sisi lain…
Anya
yang baru saja hendak membalas pesan Nugrah itu dikejutkan oleh dering ponselnya
pertanda ada panggilan masuk!
Chani Calling…
Dengan
ragu diangkatnya panggilan telepon Chandra itu.
“H-halo?”
Dengan tergagap disapanya Chandra yang kini ada di ujung telepon. Tak
diketahuinya Candra kini sedang memandangi kamarnya dari seberang.
“Udah
tidur?” Tanya Chandra lembut.
“Belum.
Masih SMS-an sama Nugie.” Ups! Bodoh! Anya merutuki dirinya sendiri. Dengan
gemas, dilayangkannya jitakan untuk kepalanya. Gimana bisa gue keceplosan
bilang yang sebenernya? Ini aja gue belum minta maaf. Bisa-bisa Chani tambah
marah.
“Oh.
Selamet, ya. Sorry tadi gue nggak
sempat ngucapin selamat ke elo.” Ucap Chandra.
Anya
mengerut bingung. “Selamat buat apa, ya?” Tanyanya.
Chandra
tersenyum getir. Ternyata kepolosan Anya tidak hanya membuatnya rindu tapi juga
bisa membuatnya tersakiti. Sekali lagi ia harus menegaskan pada dirinya sendiri
bahwa Anya telah menjadi milik orang lain. Dan ironisnya sedihnya… itu bukan
Wika – laki-laki yang ia pikir selama ini Anya cintai, apalagi dirinya – orang
yang selama ini memendam perasaan pada gadis itu.
“Selamat
lo udah nemuin orang yang bisa sayang sama lo.” Jawabnya lesu namun tak
tertangkap pendengaran Anya. Ia terlalu fokus pada Chandra yang mungkin saja
marah-marah padanya.
“Eh?
Lo nggak marah?” Tanya Anya kaget. Tak menduga reaksi Chandra akan seperti ini.
Chandra terkesiap. Jangan bilang kalo Anya udah tahu! Ia memberi peringatan
pada dirinya sendiri.
“Lo
udah tahu?” Tanyanya khawatir.
“Tahu
apa?” Anya jadi bingung. Di seberang Chandra bernapas lega untuk pertama
kalinya dalam seharian ini. Sepertinya ia belum tahu. Ah tidak! Ia tidak boleh
tahu. Sampai kapanpun gadis ini tidak boleh tahu perasaannya. Ia sudah cukup
tersakiti oleh Wika. Ia tidak boleh tersakiti lagi apalagi penyebabnya adalah
Chandra sendiri.
“Nggak.
Kenapa gue mesti marah? Harusnya gue bahagia, lagi. Akhirnya lo move on juga dari Wika.” Anya tersenyum
lega. Mereka sama-sama lega untuk hal yang berbeda. Pesan Nugrah yang sempat
ingin dibalasnya tadipun terlupakan bersamaan dengan bayangan Wika yang juga
ikut menghilang. Keberadannya yang kini tak sama lagi seperti dulu. Telah
berubah tanpa gadis itu menyadarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar