Catatan harian yang semakin renta dan tua

Minggu, 16 Februari 2014

It's Destiny #14



AUTHOR POV

Kacau! Berantakan! Rusak! Itulah kata yang tepat untuk menjelaskan ‘kencan’ pertama Anya dan Nugrah di malam minggu ini. Anya yang awalnya membohongi Vira bahwa ia sedang punya banyak pekerjaan saat menolak ajakan nongkrong sahabatnya itu tidak menyangka bahwa kebohongannya akan ketahuan dalam waktu kurang dari 24 jam.

Lebih daripada itu. Hubungannya bersama Nugrah terbongkar dengan sangat tidak mengenakkan di depan orang-orang yang ia sama sekali tidak ingin mereka mengeahuinya. Okelah Riska dan Vira memang sudah tahu perihal ‘permintaan tolong’ Nugrah padanya karena ia memang telah menceritakan segalanya pada mereka tempo hari. Bahkan mereka adalah orang yang dimintainya solusi dan pendapat. Tapi Wika? Ia sama sekali tidak berharap laki-laki sosok cinta pertamanya itu tahu. Apalagi Chani? Ia yakin Chani pasti tidak akan setuju dengan perjanjiannya dengan Nugrah ini. Ia psati akan marah besar dan Nugrah bisa saja mendapat masalah mengingat bagaimana protektifnya Chani menjaganya selama ini. Dan Nugrah juga belum tentu ingin orang lain tahu permintaan tolongnya dan bantuan yang Anya berikan. Sementara Dirga? Oke. Dirga memang tidak ada kaitannya karena Anya sendiri tidak begitu akrab dengannya. Tapi bukankah semakin sedikit orang lain yang tahu semakin baik? Lalu Fikram. Ia memang hanya orang baru yang bahkan baru kali ini Anya melihatnya. Tapi sepertinya alasan yang sama dengan alasan yang berlaku bagi Dirga juga harus dikibarkan di depannya.

Sepanjang acara makan malam itu, Anya tidak banyak bicara. Chandra juga. Ia hanya diam dan sesekali menanggapi omongan teman-temannya yang dianggapnya perlu. Ia sama sekali tidak memandang Anya. Sedangkan Wika, laki-laki itu tetap terlihat biasa saja dengan tetap bercanda dan bertukar cerita bersama teman-temannya yang lain juga Nugrah yang ternyata langsung bisa akrab dengan mereka, tapi pandangan Wika tidak pernah terlepas dari Chandra dan Anya juga Nugrah. Ia membandingkan Nugrah dan Chandra. Siapa yang lebih tampan dan siapa yang terlihat lebih pantas bersanding dengan Anya yang sayangnya tidak menemukan pemenangnya dikarenakan Nugrah dan Chandra yang terlihat berbeda dan memiliki karakter mereka masing-masing. Chandra dengan kepribadian tenang, berpendidikan dan dewasa serta Nugrah yang terkesan cool, cerdas dan memiliki kharismanya sendiri. Di samping penampilannya yang seperti Wika bilang, keren dengan produk bermerek terkenal yang menempel di tubuhnya. Dalam hati Wika memuji Nugrah, laki-laki yang baru dikenalnya malam ini sebagai pacar resmi Anya. Ia benar-benar sosok idola. Sepertinya ia bukan orang sembarangan dan sudah bisa dipastikan anak orang kaya dengan segudang harta dan wanita yang mengantri untuk bisa menjadi kekasihnya. Tampilan Anya sebenarnya sangat tidak cocok dengan Nugrah. Tidak ada cocok-cocoknya malah. Nugrah terlihat lebih cocok bersama Vira dengan tampilan modisnya.


Tapi kok kayaknya gue pernah liat Nugrah ya??

****
Dengan canggung Anya melambaikan tangannya pada Nugrah yang baru saja mengantarnya sampai di depan pintu rumahnya. Sialnya… Mama dan Papanya entah kenapa juga tepat berada di teras rumah. Entah apa yang mereka bicarakan tapi sepertinya mereka juga sedang bersantai di malam minggu. Tio juga ada disana. Ia terlihat sedang memainkan PSP-nya. Tadi Nugrah sempat beniat untuk pamit terlebih dahulu pada orang tuanya tapi Anya melarangnya dengan alasan ini sudah malam jadi Nugrah sebaiknya pulang. Nugrah hanya menurut dan pulang bersama motor besarnya.

Anya yang baru saja hendak masuk ke dalam rumah terhenti oleh pertanyaan Mamanya.

“Dianter siapa sayang? Kamu udah punya pacar, ya? Tadi itu pacar kamu? Kalian abis malem mingguan? Kok nggak diajak mampir dulu sih?” Tanya Mama heboh seperti baru dapat rezeki nomplok.

“Mama nggak usah heboh deh, Ma.” Gerutu Anya. Ia jadi kesal ditanya bertubi-tubi seperti itu. Ia bahkan belum tahu apa yang akan dikatakan Chani dan Wika padanya nanti mendapati kenyataan bahwa ia sudah punya pacar.

“Mama kamu hanya bertanya Anya. Lagipula Papa juga mau kenal.” Sela Papa sambil menatap Anya.

Dengan pasrah Anya menjawab. “Tadi itu namanya Nugrah. Iya Anya udah punya pacar. Iya juga dia itu pacarnya Anya. Kita abis nonton sama makan di café bareng temen-temen. Ada Chani sama Wika juga kok. Tuh mereka baru abis markir mobil. Tadinya dia mau mampir, pamit pulang sama Mama Papa tapi Anya suruh pulang aja langsung soalnya udah malem.” Semua pertanyaan Mama ia jawab secara berurutan. Sudahlah. Mengaku saja. Walaupun sebenarnya Nugrah dan dirinya tidak cocok dibilang sebagai orang yang berpacaran tapi sebaiknya ia mengiyakan. Lagipula Nugrah juga akan memperkenalkannya pada Mamanya jadi tidak ada salahnya jika orang tuanya juga tahu. Setidaknya untuk menenangkan mereka yang memang sudah sering menanyakan keberadaan pacar Anya yang sebenarnya tidak ada itu. Jangan sampai mereka mengira bahwa Anya tidak laku. Ia tidak mau orang tuanya beranggapan seperti itu.

“Gue kira lo bakal jadi perawan tua Kak karena nggak ada yang mau sama lo.” Ledek Tio yang sejak tadi konsentrasi dengan game di depannya tapi telinganya masih bisa menangkap dengan jelas pembicaraan mereka. Dengan geram digertaknya Tio dengan tinju yang sialnya sama sekali tidak dihiraukan oleh bocah menyebalkan itu.

“Kapan-kapan kenalin ya Nya, sama Mama sama Papa.” Pinta Mama sambil menatap Anya dengan pandangan superrrrrrrrrr girang. Terlalu senang karena Anya akhirnya punya pacar juga. Bahkan ledekan kurang ajar Tio tak beliau hiraukan. Papa juga sama.

“Nanti kapan-kapan kalo dia mampir.”

“Yah jangan nanti dia mampir. Kapan-kapan kamu ajak aja dia kesini.” Tawar Mama. Yang bener aja. Trus dia mesti bilang apa sama Nugrah pas ngajakin dia kesini. Mau dikenalin ke orang tua, gitu? Buat apa coba?

            Setelah mengiyakan semua permintaan mamanya terkait Nugrah, mulai dari mengajak laki-laki itu sekedar mampir, dikenalkan bahkan sampai ke makan malam akhirnya Anya beranjak ke kamarnya yang ada di lantai dua. Sambil menghela napas berat, gadis itu menghempaskan tubuhnya ke ranjang dan menatap langit-langit kamarnya yang gelap. Lampu kamar memang sengaja tak ia nyalakan. Ia masih pusing. Ia sangat merasa tidak enak terhadap Chandra. Takutnya Chandra malah berpikir hal yang tidak-tidak terhadap dirinya. Ia khawatir Chandra berpikir bahwa ada yang sedang ia sembunyikan dan tidak beritahu pada laki-laki itu. Walaupun sebenarnya iya, tetap saja sejak dulu apa saja hal yang berhubungan dengan dirinya selalu ia ceritakan pada laki-laki itu. Chandra adalah orang pertama yang menjabat gelar sebagai sahabatnya sebelum Vira. Bukannya ia membedakan mereka, tapi Chandra adalah sahabat masa kecilnya, orang yang selama ini selalu menjaganya dan tidak pernah meninggalkannya. Wika juga. Tidak perlu dipertanyakan lagi bagaiman keponya playboy menyebalkan itu. Ia pasti bakal nanya nanya.

Ketika hendak beranjak untuk mengganti pakaian dengan piyama tidurnya, ponselnya yang sejak tadi belum ia keluarkan sama sekali dari tasnya bordering. Ada pesan masuk

From: Nugie
Lg apa? Km udh tdr?

Nugie. Panggilan singkatnya untuk Nugrah. Hanya ia yang tahu. Nugrah sama sekali tidak tahu dengan panggilan yang Anya berikan untuk dirinya itu. Anya merasa sulit mengucap Nugrah. Akhirnya ia memutuskan untuk membuatnya lebih mudah dengan menggantinya menjadi Nugie saja. Dengan cepat dibalasnya pesan tidak penting tersebut.

From: Anya
Ini baru mau tdr. Km udah smp rmh?

Nugrah yang membaca balasan Anya itu tanpa sadar tersenyum. Entah apa alasannya. Ia tiba-tiba merasa begitu senang membaca pesan yang sebenarnya juga tidak begitu penting itu. Biasanya ia akan mengacuhkannya. Tapi kali ini berbeda. Ia malah semakin ingin membalas pesan itu dan mengobrol panjang lebar. Tadinya ia ingin menelepon, tapi urung dilakukannya. Ia baru saja mengantar Anya pulang. Sampai di depan rumahnya bahkan. Untuk pertama kali! Jadi akan sangat aneh jika ia sudah menelepon dan menanyakan hal-hal yang tidak penting sama sekali seperti ini. Tapi karena keinginannya sudah tidak bisa ditahan, akhirnya ia memutuskan untuk mengirim SMS. Apakah ia…rindu?

From: Nugie
Iya. Eh tp tadi aku liat kyk ada org d teras dpn.
Itu Papa sama Mama?

Kening Anya berkerut memandang pesan balasan dari Nugrah itu. Papa sama Mama? Tidak bisakah Nugrah menambahkan kata ‘kamu’ di baris kalimat terakhirnya? Pesannya seolah menunjukkan bahwa Papa dan Mamanya Anya adalah Papa dan Mamanya juga.

From: Anya
Iya. It td Papa sm Mama. Td Mama nanyain km tp aku blg nnti kpn2 aj km mampir.

Benarkah? Jadi dirinya bisa mampir lagi kapan-kapan dan berkenalan dengan orang tua Anya? WOW! It’s news. Eh tapi kok gue jadi girang banget gini ya? Ah masa bodohlah!

To: Anya
Oh ya? Jd kpn aku bs mampir lg?
Emg Papa Mama udah tahu ya kl kt pcrn?

Balasnya cepat. Tapi sampai tiga puluh menit kemudian, pesan itu tidak terbalas. Nugrah mendesah kecewa. Padahal ia masih ingin mengobrol banyak. Walaupun itu hal yang tidak penting pun yang penting ia dan Anya mengobrol. Dengan sedikit kesal diletakkannya ponselnya di atas nakas di samping tempat tidurnya.

Di sisi lain…

Anya yang baru saja hendak membalas pesan Nugrah itu dikejutkan oleh dering ponselnya pertanda ada panggilan masuk!

Chani Calling…

Dengan ragu diangkatnya panggilan telepon Chandra itu.

“H-halo?” Dengan tergagap disapanya Chandra yang kini ada di ujung telepon. Tak diketahuinya Candra kini sedang memandangi kamarnya dari seberang.

“Udah tidur?” Tanya Chandra lembut.

“Belum. Masih SMS-an sama Nugie.” Ups! Bodoh! Anya merutuki dirinya sendiri. Dengan gemas, dilayangkannya jitakan untuk kepalanya. Gimana bisa gue keceplosan bilang yang sebenernya? Ini aja gue belum minta maaf. Bisa-bisa Chani tambah marah.

“Oh. Selamet, ya. Sorry tadi gue nggak sempat ngucapin selamat ke elo.” Ucap Chandra.

Anya mengerut bingung. “Selamat buat apa, ya?” Tanyanya.

Chandra tersenyum getir. Ternyata kepolosan Anya tidak hanya membuatnya rindu tapi juga bisa membuatnya tersakiti. Sekali lagi ia harus menegaskan pada dirinya sendiri bahwa Anya telah menjadi milik orang lain. Dan ironisnya sedihnya… itu bukan Wika – laki-laki yang ia pikir selama ini Anya cintai, apalagi dirinya – orang yang selama ini memendam perasaan pada gadis itu.

“Selamat lo udah nemuin orang yang bisa sayang sama lo.” Jawabnya lesu namun tak tertangkap pendengaran Anya. Ia terlalu fokus pada Chandra yang mungkin saja marah-marah padanya.

“Eh? Lo nggak marah?” Tanya Anya kaget. Tak menduga reaksi Chandra akan seperti ini. Chandra terkesiap. Jangan bilang kalo Anya udah tahu! Ia memberi peringatan pada dirinya sendiri.

“Lo udah tahu?” Tanyanya khawatir.

“Tahu apa?” Anya jadi bingung. Di seberang Chandra bernapas lega untuk pertama kalinya dalam seharian ini. Sepertinya ia belum tahu. Ah tidak! Ia tidak boleh tahu. Sampai kapanpun gadis ini tidak boleh tahu perasaannya. Ia sudah cukup tersakiti oleh Wika. Ia tidak boleh tersakiti lagi apalagi penyebabnya adalah Chandra sendiri.

“Nggak. Kenapa gue mesti marah? Harusnya gue bahagia, lagi. Akhirnya lo move on juga dari Wika.” Anya tersenyum lega. Mereka sama-sama lega untuk hal yang berbeda. Pesan Nugrah yang sempat ingin dibalasnya tadipun terlupakan bersamaan dengan bayangan Wika yang juga ikut menghilang. Keberadannya yang kini tak sama lagi seperti dulu. Telah berubah tanpa gadis itu menyadarinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar