Catatan harian yang semakin renta dan tua

Minggu, 16 Februari 2014

It's Destiny #13



CHANDRA POV

Hampir saja aku memuncratkan kembali kopi yang ada di mulutku mendengar teriakan Vira. Dasar mulut toa. Ia benar-benar tidak bisa mengerem nada suaranya jika ia sudah bicara. Apalagi saat berteriak. Mungkin ia pikir ia sedang berada di ruang latihan Paduan Suara. Ia memang salah satu anggota Paduan Suara Kampus, jadi sudah bisa dipastikan bagaimana merdunya suara gadis ini. Tapi ternyata bakatnya itu tidak berlaku saat ia mengeluarkan suara selain menyanyi.

            Sepertinya aku belum pernah cerita, tapi Vira ini adalah salah satu penggemar fanatikku. Ya. Aku bukannya terlalu percaya diri, tapi memang begitulah kenyataannya. Aku tahu bahwa sudah lama ia menyukaiku tapi aku sengaja berpura-pura tidak tahu. Lagipula hatiku sudah dibawa pergi oleh Anya yang pada kenyataannya melabuhkan perasaan cintanya pada Wika – adikku sendiri yang kini sedang duduk di sampingku dan yang sangat menyedihkan bukanlah adik kandungku. Wika memang belum tahu bahwa aku sudah mengetahui rahasia yang ia sembunyikan dariku. Aku akan menanyakannya nanti, setelah aku mencari tahu kenyataan yang sesungguhnya secara jelas dan bukan hanya berasal dari satu pihak saja.

Malam ini kami sedang berkumpul di salah satu caf̩. Sekedar reuni. Aku, Dirga, Wika, Riska dan Vira yang ternyata membawa orang baru yang ia perkenalkan sebagai pacarnya РFikram.

Dengan santai aku menoleh ke penyebab menjeritnya Vira. Hampir saja aku menjatuhkan cangkir kopi yang sedang aku pegang saat menyadari siapa yang membuat Vira berteriak histeris seperti tadi.

Itu Anya! Iya! Aku sama sekali tidak salah lihat. Itu Anya! Apa yang ia lakukan disini? Bukannya tadi Vira bilang Anya tidak bisa ikut karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan? Tapi sekarang, kenapa ia bisa ada disini? Bersama seorang laki-laki!

Dan… Tangan mereka BERGANDENGAN!


****
WIKA POV

Aku yang sedang asyik berbincang dengan Fikram Рpacar baru Vira yang baru saja ia perkenalkan pada kami Рaku, Kak Chan, Riska dan Dirga tiba-tiba dikagetkan oleh jeritan keras Vira. Jeritan yang kontan membuat kami menjadi pusat pelototan para pengunjung caf̩ lainnya. Dasar! Obsesi banget sih ni cewek jadi penyanyi sampe pake acara jerit-jerit segala?! Dengan kesal aku menegurnya.

“Apa sih Vir?! Jerit-jerit kayak Orang Utan nggak dikasih makan seminggu.” Aku tidak peduli jika Fikram mendengarnya. Memang kenyataan bahwa pacarnya ini tukang jerit dan teriak.

Tapi sialnya Vira tidak menghiraukan teguranku. Ia malah beranjak dari duduknya dan menghampiri entah siapa itu. Sepertinya mereka ada dua orang tapi aku tidak bisa melihat seorang lagi karena tingginya yang terhalang tinggin Vira. Aku hanya melihat seorang laki-laki berpenampilan keren disana. Ya. Penampilannya keren. Aku mengakuinya. Tapi bukan karena aku memiliki kelainan dalam mata atau orientasi. Kenyataannya memang seperti itu. Walaupun dari jarak yang cukup jauh seperti ini, kita bisa melihat bahwa dari ujung kepala sampai ujung kaki semua yang dikenakan oleh laki-laki itu adalah produk bermerek terkenal.

Ketika Vira bergeser sedikit member jalan bagi dua orang itu, barulah aku melihat dengan jelas sosok siapa yang terhalang tadi. Itu Anya! Dia datang bersama laki-laki berpenampilan keren itu. Dan mereka saling… bergandengan???

****
ANYA POV

Mati aku! Itu Vira! Ia melihatku! Bersama Nugrah! Disana ada Chani! Ada Dirga! Ada Wika! Ada Riska! Ada cowok….. Fikram??

 Aduuuuhhhh…. Bagaimana ini??

****
NUGRAH POV

Aku yang baru hendak mengajak Anya memilih tempat duduk, tidak menyangka bahwa salah seorang gadis cantik berpenampilan modis yang tadinya berkumpul dengan beberapa orang laki-laki dan satu orang perempuan di salah satu meja yang ada di sudut café menghampiri kami. Bukan! Ia menghampiri Anya. Dengan wajah heran ia bertanya…

“Nya. Lo kok bisa disini? Tadi katanya lo lagi banyak kerjaan? Atau tadi lo bo’ong?” Cerocosnya tanpa tedeng aling-aling. Ku lirik Anya hanya meringis dan tidak menjawab. Sepertinya ini salah satu temannya. O’ow… bukannya hubungan kami ini Rahasia? Dan tanganku? Bagus sekali! Aku masih menggandengnya. Aku lepas tiba-tiba juga tidak mungkin. Genggaman Anya tiba-tiba menguat. Lagipula aku akan terlihat seperti pacar yang ketahuan selingkuh jika aku melepas genggamanku. Padahal gadis ini sendiri siapa aku tidak tahu.

“Gue yang ngajak dia kesini.” Shit! Mulutku kenapa tiba-tiba bicara? Seingatku otakku tidak menyuruhnya. Anya yang tadinya meringis tiba-tiba melotot ke arahku sambil memelas. Bayangkan saha bagaimana kombinasi ekspresi yang bertolak belakang itu. Benar-benar memunculkan wujud yang aneh.  Walaupun ku akui ia tetap terlihat manis dan malah tambah lucu dengan wajah seperti itu. Membuatku ingin mencubit pipi chubby-nya. Haduh! Sebenarnya apa yang aku pikirkan? Fokus Nugrah….fokus!

            Ku lihat gadis di depan kami itu mengerut bingung dan menatap Anya dengan ekspresi meminta penjelasan. Anya hanya memalingkan pendangannya ke segala arah.

“Gabung aja yuk sama kita.” Ajaknya sambil tersenyum – entah apa arti senyumannya itu. “Oh iya kenalin gue Vira, sahabtnya Anya.” Ucapnya sambil menyodorkan tangan kanannya ke depanku. Dengan ragu kujabat tangannya itu dan menyebutkan namaku.

“Nugrah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar