CHANDRA POV
Hampir
saja aku memuncratkan kembali kopi yang ada di mulutku mendengar teriakan Vira.
Dasar mulut toa. Ia benar-benar tidak bisa mengerem nada suaranya jika ia sudah
bicara. Apalagi saat berteriak. Mungkin ia pikir ia sedang berada di ruang latihan
Paduan Suara. Ia memang salah satu anggota Paduan Suara Kampus, jadi sudah bisa
dipastikan bagaimana merdunya suara gadis ini. Tapi ternyata bakatnya itu tidak
berlaku saat ia mengeluarkan suara selain menyanyi.
Sepertinya aku belum pernah cerita,
tapi Vira ini adalah salah satu penggemar fanatikku. Ya. Aku bukannya terlalu
percaya diri, tapi memang begitulah kenyataannya. Aku tahu bahwa sudah lama ia
menyukaiku tapi aku sengaja berpura-pura tidak tahu. Lagipula hatiku sudah
dibawa pergi oleh Anya yang pada kenyataannya melabuhkan perasaan cintanya pada
Wika – adikku sendiri yang kini sedang duduk di sampingku dan yang sangat
menyedihkan bukanlah adik kandungku. Wika memang belum tahu bahwa aku sudah
mengetahui rahasia yang ia sembunyikan dariku. Aku akan menanyakannya nanti,
setelah aku mencari tahu kenyataan yang sesungguhnya secara jelas dan bukan
hanya berasal dari satu pihak saja.
Malam
ini kami sedang berkumpul di salah satu café. Sekedar reuni. Aku, Dirga, Wika,
Riska dan Vira yang ternyata membawa orang baru yang ia perkenalkan sebagai
pacarnya – Fikram.
Dengan
santai aku menoleh ke penyebab menjeritnya Vira. Hampir saja aku menjatuhkan
cangkir kopi yang sedang aku pegang saat menyadari siapa yang membuat Vira
berteriak histeris seperti tadi.
Itu
Anya! Iya! Aku sama sekali tidak salah lihat. Itu Anya! Apa yang ia lakukan
disini? Bukannya tadi Vira bilang Anya tidak bisa ikut karena ada pekerjaan
yang harus ia selesaikan? Tapi sekarang, kenapa ia bisa ada disini? Bersama
seorang laki-laki!
Dan…
Tangan mereka BERGANDENGAN!
****
WIKA POV
Aku
yang sedang asyik berbincang dengan Fikram – pacar baru Vira yang baru saja ia
perkenalkan pada kami – aku, Kak Chan, Riska dan Dirga tiba-tiba dikagetkan
oleh jeritan keras Vira. Jeritan yang kontan membuat kami menjadi pusat
pelototan para pengunjung café lainnya. Dasar! Obsesi banget sih ni cewek jadi
penyanyi sampe pake acara jerit-jerit segala?! Dengan kesal aku menegurnya.
“Apa
sih Vir?! Jerit-jerit kayak Orang Utan nggak dikasih makan seminggu.” Aku tidak
peduli jika Fikram mendengarnya. Memang kenyataan bahwa pacarnya ini tukang
jerit dan teriak.
Tapi
sialnya Vira tidak menghiraukan teguranku. Ia malah beranjak dari duduknya dan
menghampiri entah siapa itu. Sepertinya mereka ada dua orang tapi aku tidak
bisa melihat seorang lagi karena tingginya yang terhalang tinggin Vira. Aku
hanya melihat seorang laki-laki berpenampilan keren disana. Ya. Penampilannya
keren. Aku mengakuinya. Tapi bukan karena aku memiliki kelainan dalam mata atau
orientasi. Kenyataannya memang seperti itu. Walaupun dari jarak yang cukup jauh
seperti ini, kita bisa melihat bahwa dari ujung kepala sampai ujung kaki semua
yang dikenakan oleh laki-laki itu adalah produk bermerek terkenal.
Ketika
Vira bergeser sedikit member jalan bagi dua orang itu, barulah aku melihat
dengan jelas sosok siapa yang terhalang tadi. Itu Anya! Dia datang bersama
laki-laki berpenampilan keren itu. Dan mereka saling… bergandengan???
****
ANYA POV
Mati
aku! Itu Vira! Ia melihatku! Bersama Nugrah! Disana ada Chani! Ada Dirga! Ada
Wika! Ada Riska! Ada cowok….. Fikram??
Aduuuuhhhh…. Bagaimana ini??
****
NUGRAH POV
Aku
yang baru hendak mengajak Anya memilih tempat duduk, tidak menyangka bahwa
salah seorang gadis cantik berpenampilan modis yang tadinya berkumpul dengan
beberapa orang laki-laki dan satu orang perempuan di salah satu meja yang ada
di sudut café menghampiri kami. Bukan! Ia menghampiri Anya. Dengan wajah heran
ia bertanya…
“Nya.
Lo kok bisa disini? Tadi katanya lo lagi banyak kerjaan? Atau tadi lo bo’ong?” Cerocosnya
tanpa tedeng aling-aling. Ku lirik Anya hanya meringis dan tidak menjawab.
Sepertinya ini salah satu temannya. O’ow… bukannya hubungan kami ini Rahasia?
Dan tanganku? Bagus sekali! Aku masih menggandengnya. Aku lepas tiba-tiba juga
tidak mungkin. Genggaman Anya tiba-tiba menguat. Lagipula aku akan terlihat
seperti pacar yang ketahuan selingkuh jika aku melepas genggamanku. Padahal
gadis ini sendiri siapa aku tidak tahu.
“Gue
yang ngajak dia kesini.” Shit! Mulutku
kenapa tiba-tiba bicara? Seingatku otakku tidak menyuruhnya. Anya yang tadinya
meringis tiba-tiba melotot ke arahku sambil memelas. Bayangkan saha bagaimana
kombinasi ekspresi yang bertolak belakang itu. Benar-benar memunculkan wujud
yang aneh. Walaupun ku akui ia tetap
terlihat manis dan malah tambah lucu dengan wajah seperti itu. Membuatku ingin
mencubit pipi chubby-nya. Haduh!
Sebenarnya apa yang aku pikirkan? Fokus Nugrah….fokus!
Ku lihat gadis di depan kami itu
mengerut bingung dan menatap Anya dengan ekspresi meminta penjelasan. Anya
hanya memalingkan pendangannya ke segala arah.
“Gabung
aja yuk sama kita.” Ajaknya sambil tersenyum – entah apa arti senyumannya itu.
“Oh iya kenalin gue Vira, sahabtnya Anya.” Ucapnya sambil menyodorkan tangan
kanannya ke depanku. Dengan ragu kujabat tangannya itu dan menyebutkan namaku.
“Nugrah.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar